Selamat Datang di Pendidikanku

Kisah Guru di Papua

7 Jul 20130 komentar

Peningkatan dan pemerataan pendidikan yang kerap didengung-dengungkan pemerintah belum juga terjadi di tanah Papua. Kisah-kisah miris soal sulitnya guru dan murid menjalankanproses belajar mengajar di Papua seakan menjadi noda hitam bagi dunia pendidikan Indonesia.

Helena, guru SD Armopa 3 Keerom, Papua, menjadi satu dari sekian banyak guru yang memiliki cerita mengharukan soal sulitnya mengajar di Papua. Kabupaten yang berbatasan dengan Papua Nugini itu memiliki medan yang ekstrem untuk para guru.

"Di Bonggo, Keerom, kami mau masuk ke tempat tugas, SD Armopa 3, mengalami kesulitan transportasi. Sampai kami harus bermalam di tengah hutan," cerita Helena di kongres PGRI XXI, Istora Senayan, Jakarta, Rabu (3/7).

Di tengah situasi seperti itu, Helena sempat terpikir untuk kembali pulang ke kota. Namun akhirnya dia melanjutkan perjalanan bersama empat temannya yang lain.

"Setelah ke dinas tidak ada bantuan kalau kami tinggalkan rasa-rasanya anak-anak siapa yang ngajar lagi," ucapnya sedih.

Helena dan teman-temannya tidak lagi berpikir untuk meminta bantuan dari Dinas Pendidikan setempat. Sebab pihak dinas pun tak pernah membantu mereka.

"Sewa mobil sampai Rp 1,5 juta terpaksa pakai uang sendiri, dinas tidak siapkan. Kita mengajar di sana selama tiga bulan. Kalau sembako habis kami turun (kembali ke kota) karena kami tidak diperhatikan," tutur guru yang telah mengajar selama 12 tahun ini.

Kalau sudah begitu tak ada pilihan lain, selama para guru kembali ke kota anak-anak didiknya juga kembali bekerja membantu orang tua mereka. Helena dan guru lainnya selalu senang sebab dengan keterbatasan seperti itu anak didik mereka selalu antusias belajar.

"Anak-anak di sana antusias meskipun tidak ada buku, pakaian, mereka akhirnya kembali bekerja ke hutan dan ke laut. Kalau kami kembali mereka kembali untuk belajar, " tutup guru SD kelas 4 ini.

Menurut Helena, ada sekitar 10-15 sekolah seperti itu di Kabupaten Keerom, Papua. Meskipun jumlah ini jauh berkurang dari sebelumnya, saat dia telah memasuki kelompok Persatuan Guru Republik Indonesia.

Helena juga tidak akan berhenti menyuarakan kelayakan pendidikan di pelosok Papua. Termasuk di dalam kongres PGRI yang dibuka hari ini.

"Mudah-mudahan ada perhatian dari kongres ini, salah satunya dari dinas," tutup Helena penuh harap.

Sumber : merdeka.com
Share this article :

Post a Comment

Komentarlah dengan bijak dan sopan

 
Support : Pendidikanku | Creating Website | Agus Sukirman
Copyright © 2014. Pendidikanku - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Pendidikanku
Proudly powered by Blogger